Ini mungkin tulisan terakhir dariku, bukan pesan terakhir kematian, bukan pula perpisahan. Hanya sebuah kepergian "perasaan" yang ditunjukkan Tuhan padaku, dari sekian lama penantian JAWABAN.
-
Aku sadar, fisik aku tidak "oke" sama sekali. Terkadang perbuatanku tak sedewasa usiaku. Kehidupanku pun sangatlah kompleks, ekonomi pun belum bisa memadai bahkan untuk diri sendiri.
-
Aku banyak sekali kekurangan. Tapi kamu. Kamu adalah sejuta alasan "bertahan"nya hati. Dengan kesempurnaan rupa, keindahan tutur kata, bijaknya dalam berkarya, membuatku ingin memilikimu sepenuhnya.
Dibalik itu semua, tersimpan harapan besarku tuk bisa menjadikanmu pendamping hidupku.
-
"Ya Allah, bantu hamba meyakini segala yang terjadi adalah terbaik bagiku. Bantu hamba mencintai segala keputusan-Mu. Bantu hamba meridhoi segala rencana-Mu. Hamba yakin, ini semua adalah taqdir dari-Mu. Ia yang kubangga-banggakan, ia yang ku tunjukkan, ternyata tangan tak bersambut".
-
Berulang kali ku meminta jawaban "komitmen", tetap ia tak memutuskan.
Berulang kali ku mendengar jawaban untuk fokus demi masa depannya, ku coba tuk mengerti.
Bahkan aku sering mendengar ia tak pernah ingin "hubungan" spesial dengan siapapun.
Ia hanya menggantungkan sebuah jawaban, ya atau tidak. Padahal saya hanya ingin kepastian, berapa lama lagi ku harus menunggu dia. Tapi dia seakan tak mau ditunggu olehku. Huh, ya sudahlah.
-
Aku berusaha untuk selalu husnudzon, namun kenyataannya sering tak sejalan dengna fikiran.
Di beberapa akun media sosial, aku - kepo - dengan melihat galeri foto dan status-statusnya.
Sama sekali tidak ada namaku.
Sama sekali tidak gambarku.
Ya, itu wajar. Karna aku bukan siapa-siapa. Hanya pejuang gantung yang tak punya harapan lagi.
-
Tapi, aku malah lihat foto laki-laki lain, buka adiknya, bukan kakaknya, atau saudaranya.
Aku tak tahu itu siapa, tapi melihat komentar-komentarnya, bahwa ia adalah "seseorang spesial"nya. Wallohu a'lam. Satu itu.
-
Dua. Pernah beberapa kali ku melihat dan membaca inisial _RMF_ dan ada tanda "hati" setelahnya.
Kupikir itu aku, tapi inisial namaku kan MRR. Wallohu a'lam. Dua.
-
Walau hanya dua hal, namun itu membuatku membuka mata, harus bisa menerima, bahwa jawaban dari dia itu TIDAK.
Kenapa tidak dari dulu dia berkata?
Kenapa harus selama ini dia bertindak?
Kenapa harus dengan cara ini dia memutuskan?
Sekarang baru ku sadar.
-
Kau suruh aku menunggu waktu yang pas, padahal kau tahu bahwa aku tak pernah ada dihati dan fikiranmu. Malah dia. Fine.
Kau terus menunda jawaban itu, padahal kau tahu kau takkan pernah menjawab iya. Oke.
Kau bilang ga akan "hubungan spesial", lalu RMF itu apa? Got it.
Terakhir, kau selalu bilang ingin fokus demi masa depan, yaa... Masa depan kalian kan? Bukan denganku?
-
Ya Allah, aku tak bisa lagi husnudzon. Kucoba tuk meyakini, inikah jawaban itu, Tuhan?
Aku sudah terlalu dekat dengan dia, dengan keluarganya.
Rasa percaya diriku terlalu besar seakan bisa memilikinya seutuhnya.
Walau keluarganya sudah bisa kudapatkan, tapi percuma bila hatinya tak demikian.
Tapi inilah hidup, selalu menjadi misteri.
-
Aku memang marah, kesal, dan segala kejelekan itu bercampur satu.
Tapi itu takkan membuatku menjadi bisa bersamanya.
Ia takkan kehadapanku nantinya.
Ya sudahlah. Ku coba menerima.
Ku coba menjadi sosok DEWASA yang bisa mengontrol emosi dan berfikir sebelum bertindak.
-
Ya Allah, semoga mereka bisa bahagia.
Semoga mereka menemukan jalan hidupnya.
Semoga mereka bisa sempurna berdua.
-
Tolong sampaikan pesanku untuknya (LN), semoga hatinya (RMF) sanggup menahan duka sekian lamanya.
Semoga rasa sukanya bisa semakin mendekatkan dirinya pada-Mu.
Semoga hatinya lebih baik dari hatiku.
Sudah waktunya aku membuka mata pada dunia.
Sudah saatnya aku menghirup udara dunia.
Wanita tidak hanya dia saja.
Peliknya kehidupan tidak hanya tentang "jodoh" saja.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-
Terimakasih segalanya. Terimakasih, Tuhan.
Terimakasih LN, RMF.
Terimakasih YN, ER, AS sahabatku.
Terimakasih orangtua dan keluarga dia.
Terimakasih untuk semuanya.
0 comments: