Dengan mengharap Rahmat dan Ridho Allah SWT, semoga kita senantiasa diberikan kesempatan untuk selalu bersyukur dan berkhidmat dalam ajaran-Nya, Amien.
Bapak presiden RI yang saya hormati,
Dengan datangnya surat ini, saya Muhammad Rasyid Ridlo AL-Ghazaly menghaturkan banyak terimakasih karena bapak presiden berkenan membaca tulisan sederhana ini. Surat ini bukan dalam rangka sombong dan membanggakan diri karena berhasil sampai ke tangan bapak dengan selamat dan bisa dibaca langsung. Tapi surat ini saya tulis semata-mata ungkapan isi hati yang selama ini tidak tersampaikan.
Bapak presiden RI yang saya hormati,
Sebagai seorang kepala negara tentunya bapak memiliki banyak beban dan tugas yang harus dipikul demi kesejahteraan masyarakat. Sejahtera dalam arti saling rukun, makmur, dan sentosa dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan tentunya beragama. Kami sebagai rakyat harus tunduk dan patuh akan segala keputusan dan ketetapan yang bapak dan jajaran pemerintahan susun itu.
Namun, tentunya bapak juga mengetahui, sebagai warga negara, kami memiliki hak untuk berpendapat dan berbicara apabila ada ketetapan yang tidak sesuai dengan asas dan tujuan bernegara khususnya di Indonesia ini. Maka ini adalah kesempatan bagi saya pribadi untuk mengeluarkan uneg-uneg yang insya Allah mewakili sebagian warga.
Pertama, saya ingin menyampaikan bahwa bapak harus menempatkan kepentingan rakyat diatas segalanya. Apa yang rakyat butuhkan haruslah dilaksanakan. Murahnya barang pangan, minimalnya angka kemiskinan, terbukanya lapangan pekerjaan, tingginya motivasi berwirausaha, dan yang terpenting aman dan tentramnya dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diakui oleh Negara kita.
Saya paham, bapak dan jajaran pemerintahan saat ini adalah orang yang mengerti dan memahami tugas dan peran masing-masing. Tapi jangan sampai menyalahgunakan kepercayaan kami, rakyat Indonesia yang menuntun bapak-bapak sampai ke Senayan dan mempermainkannya. Sebagaimana keyakinan bapak presiden, Bapak tahu bahwa manusia itu hidup tidak hanya saat ini. Manusia akan memperhitungkan segala yang dilakukannya di dunia. Bukan so' agamis, tapi hanya mengingatkan saja. Dan ternyata seorang kepala negara sangat menentukan akhlaq bangsa yang dipimpinnya.
Saya ingin katakan, kata siapa negara tidak boleh mengatur urusan ibadah suatu agama? Karena privasi-kah? Ataukah negara tidak mau ikut campur karena terlalu kompleks? Menurut saya tidak. Pemerintah sangat berperan penting dalam tatanan kemasyarakatan termasuk agama. Maka siapa yang nantinya mengizinkan pendirian bangunan berupa tempat peribadatan? Siapa pula yang mengatur urusan ibadah haji? Siapa pula yang mengizinkan perayaan natal, perayaan waisak, nyepi, gong xi fa chai, dan perayaan lain yang tentunya agama yang diakui oleh negara.
Karena saya yakin, sebagai seorang yang beragama, tentunya bapak dan jajaran pemerintahan menganut suatu agama tertentu, dan tidak mau ibadahnya itu terhambat atau bahkan terhenti hanya karena masalah perizinan.
Kedua, mencermati dan mengamalkan amanat UUD 45, asas Bhineka Tunggal Ika, dan pilar-pilar pancasila lain. Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya harus berterima kasih dan bersyukur karena telah menerima hasil jerih payah perjuangan founding father dalam memerdekakan negara ini. Sebuah perjuangan yang mahal harganya, dibayar dengan nyawa, bersenjatakan bambu runcing melawan kokohnya patriot besi. Namun karena pertolongan dan bantuan Allah SWT, kemerdekaan itu kita rasakan sekarang, walau masih jauh dari kata 100%
Sebagai salah satu bentuk rasa syukur terhadap founding father, maka kita sebagai generasi penerus seharusnya melanjutkan dan melaksanakan esensi dari perjuangan mereka. Menanamkan sikap nasionalisme yang tinggi namun tetap agamis dan memiliki solidaritas yang kuat.
Bapak presiden RI yang saya hormati,
Ketiga adalah, maksimalkan potensi dan sumber daya negeri sendiri. Banyak opini yang menggambarkan bahwa Indonesia adalah surga dunia, dengan kekayaan alam yang melimpah, pemandangan alam yang sempurna, potensi sumber daya yang bergelimang, tentunya sudah menjadi keharusan bahwa kita sendiri lah yang merasakan nikmatnya "barang" sendiri.
Saya bahkan bosan dengan ungkapan Indonesia adalah surga dunia tersebut. Nampaknya bukan masyarakat kita sendiri yang merasakan, tapi mereka. Dunia. Dunia luar yang seharusnya tidak pernah bercokol dan menginjakkan kaki disini.
Saya yakin, bukan kita tidak memiliki solusi. Kita memiliki sumberdaya manusia yang cukup mumpuni. Bila ditata dengan baik, dan KETEGASAN seorang kepala negara, pasti Indonesia bisa mengelola potensi sumber daya dengan maksimal. Hanya saja akhir-akhir ini pemimpin negara ini terlalu takut dan pengecut untuk melawan mereka.
Kalaulah diumpamakan, bila potensi besi dan baja itu bertumpu di Indonesia, bila emas dunia itu sebagian besar ada di Indonesia, bila potensi kekayaan alam itu banyak tersimpan di Indonesia, lalu kita butuh apa lagi untuk mengelolanya? Mungkin saya terlalu kecil dan kurang memahami mengenai prosesnya, hanya saja begitu menyayangkan bila kita tidak menikmati kekayaan kita sendiri. Kita bukan tuan rumah di negeri sendiri. Miris sekali bangsa ini.
Bapak presiden RI yang saya hormati,
Tidak banyak hal yang bisa saya sampaikan. Besar harapan kami bahwa surat ini bukan hanya rangkaian kata-kata tak bernilai harganya. Saya sadar hanya rakyat biasa dibandingkan bapak presiden ini. Tapi untaian kata ini saya susun dengan penuh harapan bahwa bapak bisa mendengarkan apa yang saya rasakan.
Saya sangat cinta Indonesia. Cinta tanah air ini. Cinta bumi ibu pertiwi. Cinta segalanya tentang Indonesia. Rasa cinta ini mengalahakan kekecewaan saya terhadap Indonesia ini. Tapi tolong, jangan abaikan rasa cinta ini dengan terus menumbuhkan kebencian. Karena kebencian ini bukan mustahil tumbuh, tapi bagaimana sikap dan tindakan bapak ini yang menentukan.
Semoga bapak dan jajarannya bisa menjalankan tugas dengan maksimal.
Bisa menjalankan tugas sesuai dengan fungsi dan peran.
Bapak tidak tertarik dengan gemerlapnya dunia.
Bapak tidak tertarik dengan tawaran yang menggiurkan dari musuh negara.
Bapak tidak memperdulikan para gurita ekonomi dunia yang mencengkram sumber daya Indonesia.
Dan semoga bapak sangat mencintai Indonesia.
0 comments: